Ringworm atau dermatofitosis adalah infeksi jamur yang bersifat keratinofilik. Ringworm dapat menyerang rambut, kulit, dan jaringan lain yang mengandung keratin, seperti bulu, kuku, dan tanduk. Ringworm dapat dapat menyerang anjing, kucing, ternak mamalia, unggas, dan bersifat
zoonosis sehingga dapat menular ke manusia.
Etiologi dan Patogenesis
Spesies jamur yang sering menyebabkan ringworm pada anjing adalah Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, atau Microsporum gypseum. Infeksi dapat dipicu oleh satu spesies atau gabungan spesies jamur. Penularan dapat terjadi secara kontak langsung dengan lesi ringworm dan kontak antara rontokan rambut atau kulit ringworm. Spora jamur yang berada di debu dan udara dapat menjadi media penularan ringworm dan dapat bertahan di lingkungan hingga beberapa bulan. Pada individu yang sehat, infeksi ringworm dapat di eliminasi tubuh melalui mekanisme pertahanan kulit. Pada individu yang mengalami penurunan daya tahan tubuh atau masalah kulit, spora ringworm dapat menempel dan menginvasi kulit, rambut, atau jaringan lain yang mengandung keratin. Siklus hidup jamur akan lengkap selama 7 hari, dan lesio ringworm akan muncul pada anjing 1-3 minggu pasca invasi awal spora.
Faktor Resiko
Faktor resiko anjing terserang ringworm meliputi keadaan lingkungan (kehangatan dan kelembaban udara), usia anjing (anjing yang sangat muda atau sangat tua), kepadatan pemeliharaan (shalter atau kannel), anjing bulu panjang, dan masalah kulit (adanya luka). Umumnya anjing terserang ringworm oleh satu spesies jamur. Trichophyton mentagrophytes atau Microsporum gypseum adalah yang paling sering menyebabkan ringworm pada anjing. Microsporum canis umumnya menyerang Yorkies. Anjing pekerja dan anjing pemburu memiliki kemungkinan terserang ringworm lebih tinggi akibat invasi spora jamur.
Gejala Klinis, Diagnosa, dan Diagnosa Banding
Gejala anjing terserang ringworm yang paling umum adalah alopesia (focal atau multifocal), scales, crusts, dan gatal-gatal yang umum terjadi pada muka, telinga, dan paw dengan bentukan lesio khas yaitu menyerupai cincin (Gambar 1).
Diagnosa ringworm dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu riwayat pemeliharaan
(ada atau tidak adanya riwayat terserang ringworm), laporan pemilik hewan perihal adanya lesio seperti cincin yang terjadi pada pemilik (terutama pada anak-anak), serta gejala klinis yang muncul. Untuk menegakan diagnosa dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang, meliputi kultur jamur, sitologi, dan menggunakan Woods’s lamp. Woods’s lamp dapat digunakan sebagai skrining yang cepat infeksi ringworm. Hasil yang akan ditampilkan pada Woods’s lamp akibat infeksi jamur Microsporum canis adalah fluorescence bewarna hijau apel. Metode sitologi yang dapat dilakukan adalah dengan cara scraping rambut, kulit, atau sisik dari area alpoesia lalu ditambahkan 10 – 20 % KOH dan diperiksa dibawah mikroskop.
Diagnosa banding ringworm pada anjing dapat dikelirukan seperti kudis, gigitan serangga, infeksi bakteri, dan dermatitis.
Gambar 1. Lesio ringworm pada anjing dengan karakteristik lesio menyerupai cincin
Terapi
Terapi dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Sebelum dilakukan terapi topikal, perlu dilakukan penggundulan rambut disekitar area yang terinfeksi jamur. Penggundulan dilakukan agar obat dapat bekerja lebih maksimal. Terapi topikal dapat dilakukan dengan cara memandikan atau dipping anjing dengan obat antifungal. Sha mpo dengan kandunganlime sulfur, enilconazole, micoconazole, atau chlorhexidine efektif dapat digunakan. Untuk meminimalisir reaksi menjilat anjing, setelah terapi dapat dipasangkan Elizabeth collar.
Terapi sistemik tanpa dikombinasikan dengan terapi tolpikal akan memberikan efek yang kurang bermakna bagi kesembuhan. Pilihan terapi sistemik yang baik diberikan adalah Itraconazole
dosis 5 – 10 mg/kgBB q24 selama 28 hari yang diberikan bersama makanan atau Terbinafine dosis 20 – 40 mg/kgBB q24 selama 14 hari. Pasca pengobatan penting dilakukan monitoring guna melihat progres kesembuhan. Monitoring dapat dilakukan pada 2 hingga 4 minggu pengobatan.
Refrensi:
Weese, J.S., Evason, M. 2020. A Color Handbook Infectious Disease of The Dog and Cat. CRC Press.
Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktur
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian. Jakart
Senin – Minggu : 09:00 – 21:00 WIB
Lisa Pet © All rights reserved Copyrights 2022