
Waspada Obesitas pada Kucing & Anjing: Saat Lemak Berlebih Mengundang Penyakit Serius
Halo Sobat LISA, Sebagai dokter hewan, saya sering bertemu dengan “anabul” (anak bulu) yang menggemaskan dengan badan yang subur dan bulat. Banyak Sobat LISA yang merasa senang melihat peliharaan mereka gemuk, menganggapnya sebagai tanda kemakmuran dan kebahagiaan. Namun, di balik penampilan yang lucu itu, ada sebuah ancaman serius yang sering terabaikan: obesitas pada kucing & anjing
Kegemukan pada hewan bukanlah sekadar masalah penampilan. Ini adalah kondisi medis kompleks yang secara signifikan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Sebuah ulasan komprehensif dalam jurnal Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice menegaskan bahwa obesitas dapat memperpendek usia harapan hidup anjing hingga 2 tahun (German et al., 2006). Mari kita bedah bersama mengapa berat badan ideal adalah kunci kesehatan jangka panjang untuk anjing dan kucing kesayangan Anda.
Apa Itu Obesitas pada Kucing & Anjing ?
Secara sederhana, obesitas pada kucing & Anjing adalah kondisi di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Umumnya, seekor hewan dianggap mengalami kelebihan berat badan (overweight) jika bobotnya 10-20% di atas berat badan ideal, dan dianggap obesitas jika melebihi 20%.
Cara Praktis Mengecek Kondisi Tubuh Hewan: Sobat LISA tidak selalu memerlukan timbangan. Gunakan metode Body Condition Score (BCS) atau Skor Kondisi Tubuh dengan meraba bagian tulang rusuk hewan Anda:
- Ideal: Tulang rusuk mudah terasa dengan sedikit lapisan lemak di atasnya. Lekuk pinggang terlihat jelas jika dilihat dari atas.
- Terlalu Kurus: Tulang rusuk, panggul, dan tulang belakang sangat menonjol.
- Kelebihan Berat Badan/Obesitas: Tulang rusuk sulit dirasakan karena tertutup lapisan lemak tebal. Tidak ada lekuk pinggang yang jelas atau bahkan perut terlihat membulat ke samping.
Bahaya Mengintai di Balik Lemak Berlebih: Masalah yang Datang Bertubi

Penumpukan lemak berlebih (obesitas pada kucing & anjing) bukanlah jaringan yang pasif. Jurnal Journal of Veterinary Internal Medicine menjelaskan bahwa jaringan lemak (adiposa) secara aktif melepaskan hormon dan sitokin pemicu peradangan yang berdampak buruk ke seluruh tubuh, menciptakan kondisi “peradangan kronis tingkat rendah” (German et al., 2010). Kondisi inilah yang menjadi dasar dari berbagai penyakit berikut:
- Diabetes Melitus: Resistensi insulin adalah konsekuensi langsung dari obesitas. Sebuah studi penting dalam Journal of Feline Medicine and Surgery menemukan bahwa kucing yang obesitas memiliki risiko hingga empat kali lebih tinggi untuk terkena diabetes dibandingkan kucing dengan berat badan ideal (Öhlund et al., 2017).
- Osteoarthritis (Radang Sendi): Menurut ulasan dalam jurnal The Veterinary Journal, setiap kelebihan berat badan memberikan tekanan mekanis ekstra pada sendi, yang mempercepat kerusakan tulang rawan dan memicu peradangan yang menyakitkan (Marshall et al., 2010).
- Penyakit Jantung dan Pernapasan: Obesitas memaksa jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh jaringan tubuh yang lebih besar dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Lemak di rongga dada juga menekan paru-paru, mengurangi kapasitasnya dan menyebabkan kesulitan bernapas.
- Penyakit Saluran Kemih: Penelitian menunjukkan bahwa kucing obesitas memiliki mobilitas yang lebih rendah, membuat mereka malas pergi ke kotak pasir, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan pembentukan batu kandung kemih.
- Risiko Kanker Tertentu: Hubungan antara obesitas dan beberapa jenis kanker semakin terbukti. Misalnya, sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh American Veterinary Medical Association (AVMA) menunjukkan insiden kanker tertentu yang lebih tinggi pada anjing yang kelebihan berat badan.
- Hepatik Lipidosis (Perlemakan Hati) pada Kucing: Kondisi fatal ini terjadi ketika kucing obesitas berhenti makan. Sebuah ulasan klinis menegaskan bahwa mobilisasi lemak secara masif ke hati akibat anoreksia pada kucing gemuk adalah penyebab utama kegagalan fungsi hati akut.
- Masalah Kulit: Lipatan kulit akibat lemak berlebih terbukti secara klinis menciptakan lingkungan lembap yang ideal untuk dermatitis dan infeksi jamur.
Penyebab Utama Obesitas Pada Kucing & Anjing : Bukan Sekadar “Nafsu Makan Baik”
Obesitas terjadi ketika asupan kalori melebihi energi yang digunakan. Faktor utamanya meliputi:
- Pemberian Makan Berlebihan: Menakar makanan “asal kenyang” adalah penyebab nomor satu.
- Pakan Berkualitas Rendah & Tinggi Kalori: Makanan sisa dan camilan tinggi kalori.
- Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentary.
- Sterilisasi (Kebiri): Penelitian dalam The Veterinary Journal mengonfirmasi bahwa sterilisasi dapat menurunkan laju metabolisme basal hingga 30%, sementara nafsu makan dapat meningkat sekitar 25%. Inilah mengapa penyesuaian pakan pasca-steril sangat krusial (Jeusette et al., 2010).

Solusi Tepat untuk Berat Badan Ideal: #SerahkanPadaAhlinya
Mengatasi obesitas pada kucing & anjing memerlukan program manajemen yang terstruktur. Pendekatan ini didukung oleh berbagai penelitian, salah satunya dalam Journal of the American Veterinary Medical Association yang menekankan pentingnya diet terapeutik dan peran dokter hewan.
- Konsultasi dengan Dokter Hewan: Langkah pertama dan terpenting untuk evaluasi BCS, penentuan target berat, dan penyusunan program yang aman.
- Pilih Makanan yang Tepat: Diet terapeutik untuk penurunan berat badan terbukti efektif. Jurnal-jurnal nutrisi klinis hewan merekomendasikan formula:
- Rendah Kalori, Tinggi Serat: Untuk meningkatkan rasa kenyang (satiety).
- Tinggi Protein: Untuk mempertahankan massa otot saat lemak berkurang.
- Diperkaya L-carnitine & Asam Lemak Omega-3: L-carnitine membantu metabolisme lemak, dan Omega-3 memiliki efek anti-inflamasi.
- Takaran Tepat dan Jadwal Teratur: Hentikan kebiasaan free-feeding.
- Tingkatkan Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik terstruktur terbukti membantu meningkatkan laju metabolisme dan pembakaran kalori.
- Camilan Sehat dan Terukur: Pastikan kalori camilan tidak lebih dari 10% total kebutuhan kalori harian.
Perjalanan mengembalikan berat badan ideal hewan peliharaan Anda adalah sebuah komitmen. Namun, hadiahnya sangat setimpal: kualitas hidup yang lebih baik, usia yang lebih panjang, dan waktu yang lebih bahagia bersama sahabat setia Anda. Jangan ragu untuk berkonsultasi, karena kami, para dokter hewan, adalah #YourPetBuddies yang siap membantu Anda.
Referensi:
- German, A. J. (2006). The Growing Problem of Obesity in Dogs and Cats. The Journal of Nutrition, 136(7), 1940S-1946S.
- German, A. J., Ryan, V. H., German, A. C., Wood, I. S., & Trayhurn, P. (2010). Obesity, its associated disorders and the role of inflammatory adipokines in companion animals. The Veterinary Journal, 185(1), 4-9.
- Jeusette, I., Detilleux, J., Cuvelier, C., Istasse, L., & Diez, M. (2010). Ad libitum feeding following ovariectomy in female Beagle dogs: effect on maintenance energy requirement and on blood metabolites. Journal of Animal Physiology and Animal Nutrition, 94(4), 549-555. (Prinsip serupa berlaku pada kucing dan anjing jantan).
- Marshall, W. G., Bockstahler, B. A., Hulse, D. A., & Carmichael, S. (2010). A review of osteoarthritis and obesity: current understanding of the relationship and benefit of weight loss. Veterinary and Comparative Orthopaedics and Traumatology, 22(05), 339-345.
- Öhlund, M., Egenvall, A., Fall, T., Hansson-Hamlin, H., Röcklins, T., & Holst, B. S. (2017). Environmental risk factors for diabetes mellitus in cats. Journal of Veterinary Internal Medicine, 31(1), 29-35.
Penulis : drh. Sancaka Chasyer Ramandinianto, M.Si.
Ingin melihat berbagai artikel tentang kesehatan hewan atau fakta hewan lainnya ? Kunjungi Petikel di link https://www.lisa.pet/info-petikel/ by Lingkar Satwa Animal Care
Kunjungi Kami di :